READ MORE - Galeri Foto Kabupaten Grobogan Dari Masa Ke Masa
Teguh Pamuji
Kabupaten Grobogan Di Awal Sejarah
Berdasarkan
perjalanan sejarahnya, Kabupaten Grobogan atau Daerah Grobogan sudah
dikenal sejak masa kerajaan Mataram Hindu. Daerah ini menjadi pusat
Kerajaan Mataram dengan ibu kotanya di Medhang Kamulan atau Sumedang
Purwocarito atau Purwodadi. Pusat kerajaan itu kemudian berpindah ke
sekitar kota Prambanan dengan sebutan Medang i Bhumi Mataram atau Medang
Mat i Watu atau Medang i Poh Pitu atau Medang ri Mamratipura.
Pada
masa kerajaan Medang dan Kahuripan, daerah Grobogan merupakan daerah
yang penting bagi negara tersebut. Sedang pada masa Mojopahit, Demak,
dan Pajang, daerah Grobogan selalu dikaitkan dengan cerita rakyat Ki
Ageng Sela, Ki Ageng Tarub, Bondan Kejawan dan cerita Aji Saka.
Pada
masa kerajaan Mataram Islam, daerah Grobogan termasuk Daerah
Monconegoro dan pernah menjadi wilayah koordinatif Bupati Nayoko
Ponorogo : Adipati Surodiningrat. Dalam masa Perang Prangwadanan dan
Perang Mangkubumen, daerah Grobogan merupakan daerah basis kekuatan
Pangeran Prangwedana (RM Said) dan Pangeran mangkubumi.
Wilayah
Grobogan meliputi daerah Sukowati sebelah Utara Bengawan Solo, Warung,
Sela, Kuwu, Teras Karas, Cengkal Sewu, bahkan sampai ke Kedu bagian
utara (Schrieke, II, 1957 : 76 : 91 ). Daerah Sukowati ini kemudian
sebagian masuk wilayah kabupaten Dati II Sragen antara lain : Bumi
Kejawen, Sukowati, Sukodono, Glagah, Tlawah, Pinggir, Jekawal, dan
lain-lain. Daerah yang masuk wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II
Boyolali antara lain lain : Repaking, Ngleses, Gubug, Kedungjati
selatan, Kemusu, dan lain-lain.
Sedang
daerah Grobogan yang kemudian termasuk wilayah Kabupaten Daerah Tingkat
II Grobogan antara lain : Purwodadi, Grobogan, Kuwu, sela, Teras Karas,
Medang Kamulan, Warung (Wirosari), Wirasaba (Saba), Tarub, Getas, dan
lain-lain.
Dalam
pekembangan sejarah selanjutnya, atas ketentuan Perjanjian Giyanti
(1755), sebagai wilayah Mancanegara, Grobogan termasuk wilayah
Kasultanan bersama-sama dengan Madiun, separuh Pacitan, Magetan,
Caruban, Jipang (Bojanegara), Teras Karas (Ngawen), Sela, Warung
(Kuwu-Wirosari) (Sukanto, 1958 : 5-6).
Dalam
perjanjian antara GG Daendels dengan PAA Amangkunegara di Yogyakarta,
tertanggal Yogyakarta, 10 Januari 1811, ditetapkan, bahwa uang-uang
pantai yang harus dibayar oleh Guperman Belanda di hapus. Kedua, kepada
Guperman Belanda di serahkan sebagian dari Kedu (daerah Grobogan),
beberapa daerah di Semarang, Demak, Jepara, Salatiga, distrik-distrik
Grobogan, Wirosari, Sesela, Warung, daerah-daerah Jipang,dan Japan.
Ketiga, kepada Yogyakarta diberikan daerah-daerah sekitar Boyolali,
daerah Galo (?), dan distrik Cauer Wetan (?) (Ibid. : 77).
Pada
masa Perang Diponegoro, daerah Grobogan, Purwodadi, Wirosari, Mangor
(?), Demak, Kudus, tenggelam dalam api peperangan melawan Belanda
(Sagimun MD, 1960: 32, 331- 332).
Begitulah
Kabupaten Grobogan, daerah yang selalu bergolak di sepanjang sejarahnya
untuk menunjukkan identitasnya sebagai daerah yang penuh daya dan
semangat untuk hidup bebas merdeka. Bahkan sampai masa pergerakan
Nasional dan masa kemerdekaan dan sesudahnya, rakyat Kabupaten Grobogan
sangat besar andilnya dalam merebut, mempertahankan, dan mengisi
kemerdekaan bangsa dan negara Republik Indonesia.
Kabupaten Grobogan di Awal Sejarah
Berdasarkan
isi dan pola penyajian, yang bersumber pada Serat Sindula atau serat
Babad Pajajaran Kuda Laleyan dan Serat Witoradyo, cerita Aji Saka
merupakan cerita legendaris, dimana di sana dimunculkan kepahlawanan
seorang tokoh dalam lingkup Budaya Jawa (Schrike, Jl: 77; Raffles, 1978:
212).
Di lain pihak cerita Aji Saka di daerah Kabupaten Grobogan juga
merupakan cerita Mitologis, yaitu cerita yang bersangkut paut dengan
kepercayaan asli masyarakat. Oleh karena itulah maka cerita dalam
penyajiannya, cerita Aji Saka diciptakan dalam bentuk cerita "lambang"
bagi penetrasi budaya Hindu di Jawa.
Di
sini cerita Aji Saka dapat dikelompokkan sebagai cerita yang mengandung
unsur-unsur mesianis, yaitu karya penyelamatan umat manusia dari
kehancuran. Aji saka sebagai Masias menghancurkan penguasa kejam : Dewata Cengkar. Beberapa data dari sumber tradisional juga terdapat dalam :
a. J. Kats, I, 1950: Punika Pepethikan saking Serat-serat Jawi Ingkang Tanpa Sekar. (Hal. 3-5).
Nyai
Randa wicanten dhateng Aji Saka, "Negara kene wis misuwur yen ana
Brahmana sekti mandraguna, bagus isih enom, limpad ing ngelmu panitisan,
pingangkane saka Sabrang anga jawa". Aji Saka gumujeng amangsuli, "Dora
ingkang awartos puniko, angindhakaken ing kayektosanipun. Wondene
ingkang kawartos puniko inggih kula".
b. Primbon Jayabaya, Tan Khoen Swie, Kediri, 1931: (hal. 10;27)
Jangaran
jaman Kala Dwapara ... Prabu Sindula, Galuh turun kapindho, jejuluk Sri
Dewata Cengkar, angedhaton ing Mendhang Kamulan. Iku Ratu luwih niyaya,
mangsa padha manungsa. Tan antara lama kasirnakake prajurit saka tanah
Ngarab jejuluk Empu Aji Saka ... Karsaning Pangeran Sang Aji Saka
jumeneng Nata ing Sumedhang Purwacarita, jejuluk Sri Maha Prabu Lobang
Widayaka.
c. Serat Jangka Jagad, Kwa Giok Jing, Kudus, 1957 : hal. 51.
Lha
ing kono tanah Jawa banjur ana kang jumeneng nata kang karen mangan
daging manungso, yaitu Ratu Dewata Cengkar, nata ing Medhang Kamulan.
Ora lawas banjur ketekan sawijining Brahmana saka ing tanah Ngarab,
juluk Aji Saka. Brahmana sekti mandraguna kang bisa ngasorake Prabu
Dewata Cengkar …
d. RNG. Ronggowarsito, Serat Witoradyo, III. Surakarta: Albert Rusche & Co, 1922: hal. 11-23.
Diceritakan,
bahwa di tanah Lampung berdiri sebuah kerajaan dengan rajanya Prabu
Isaka berasal dari tanah Hindu. Sang Prabu Isaka turun takhta dan
digantikan oleh Patihnya bernama Patih Balawan. Kemudian dengan empat
orang pengiringnya, Sang Isaka yang telah menjadi seorang Brahmana pergi
ke tanah Jawa dan tiba di Ujung Kulon (Kulon ?). Di situ mendirikan
perguruan dan dia sebagai gurunya dengan gelar Sang Mudhik Bathara
Tupangku. Muridnya bertambah banyak. Di dalam perguruan itu diajarkan
ilmu kesusastraan, ilmu penitisan (inkarnasi), dan ilmu keagamaan.
Beberapa lama di Ujung Kulon, dia pergi ke Galuh dan kemudian terus
mengembara ke tanah timur. Sampailah di negara Medhang Kamulan yang
rajanya bernama Prabu Dewata Cengkar.
Dari
kutipan di atas, kita ketahui bahwa Aji Saka adalah seorang raja yang
kemudian meninggalkan takhta kerajaannya dan menjadi seorang Brahmana.
Berarti dia adalah penganut agama Hindu. Sebab sebutan untuk Brahmana.
Berarti dia adalah penganut agama Hindu. Sebab sebutan untuk Brahmana
agama Budha adalah bhiksu. Tetapi dari data historis tokoh Aji Saka
tidak pernah ada (hidup). Dengan demikian tokoh ini merupakan tokoh
bayangan. Dia diadakan untuk menunjukkan adanya pengaruh Hinduisme dalam
masyarakat Jawa. Kebetulan pada waktu itu keadaan masyarakat Mendhang
Kamulan sedang resah. Kesempatan ini digunakan oleh Aji Saka (baca umat
Hindu) untuk menyebarkan agama Hindu di masyarakat Mendhang Kamulan. Hal
ini dikiaskan dalam lambang "desthar" (ikat kepala). Tradisi Jawa
menggunakan ikat kepala. Sedang kepala adalah tempat otak, pikir, nalar.
Di otak itulah tersimpan segala macam ilmu pengetahuan manusia. Ikat
kepala tadi ketika ditebarkan (di jereng) dapat menutupi seluruh Wilayah
Mendhang Kamulan. Di sinilah pengikut Prabu Dewata Cengkar harus
mengakui kekalahan berebut pengaruh, dan harus menyingkir dari negeri
Medhang (dikiaskan dengan menyeburkan diri ke laut menjadi seekor buaya
putih).
Ketika
Aji Saka menjadi raja, ditandai dengan sengkalan "nir wuk tanpa jalu"
yang menunjukkan angka tahun 1000 Saka atau 1078 Masehi. Tahun Saka
diciptakan berdasarkan peringatan penobatan Prabu Kanishka di India pada
tahun 79 M = 1 Saka. Tahun Saka mengikuti peredaran Matahari. Di Jawa
terdapat tradisi penggunaan sengkalan tersebut. Apabila menggunakan
perhitungan tahun Matahari, disebut Surya Sengkala, dan bila menggunakan
perhitungan peredaran Bulan di sebut Candra Sangkala. Lahirnya Candra
Sangkala adalah sejak masa Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1645)
menciptakan Tahun Jawa dengan perhitungan peredaran Bulan (sejak 1555
Saka atau tahun 1633 Masehi).
Sengkalan
adalah perhitungan tahun yang diujudkan dalam bentuk rangkaian kata
menjadi kalimat atau berupa gambar yang menunjukkan angka tahun. Kalimat
itu harus menggambarkan keadaan pada waktu tahun itu. Tujuan untuk
memperingati suatu peristiwa penting dalam kehidupan manusia dalam
masyarakat dan bernegara.
Sengkalan
dalam bentuk kalimat disebut Sengkalan Lamba, sedang sengkalan yang
diujudkan dalam bentuk gambar atau benda, disebut Sengkalan Memet. Tiap
kata dalam kalimat atau gambar diberi nilai yang berbeda-beda antara 0
(nol) sampai angka 9 (sembilan) dengan mengingat akan adanya guru
dasanama, guru karya, guru jarwa, dan sebagainya.
Beberapa contoh Sengkalan Lamba antara lain :
- Srutti Indriya Rasa : termuat dalam prasasti Canggal atau prasasti Gunung Wukir dari Rakai Sang Ratu Sanjaya. Berangka tahun 654 Saka atau 732 Masehi, merupakan Sengkalan tertua yang pernah kita temukan.
- Nayana Wayu Rasa : termuat dalam prasasti Dinaya dari raja Gajayana di "Candi Badut" dekat Malang. Sengkalan itu berangka 682 Saka atau 760 Masehi.
- Nir Wuk Tanpa Jalu : termuat dalam Serat Kanda, berangka tahun 1000 Saka atau 1078 Masehi. Merupakan tahun penobatan Aji Saka jadi raja di Medhang Kamulan dengan gelarnya Prabu Jaka atau Empu Lobang Widayaka.
- Sirna Hilang Kertaning Bumi : termuat di dalam Serat Kanda, berangka Tahun 1400 Saka ? Tahun 1478 Masehi. Sebagai pertanda keruntuhan Keprabuan Mojopahit.
Beberapa contoh Sengkalan Memet :
- Di atas Panggung Sanggabhuwana yang terletak di halaman dalam istana Kasunanan Surakarta, terdapat bentuk ular naga bersayap yang dinaiki oleh manusia. Bila dibaca berbunyi : Naga Muluk Tinitihan Janma, berangka tahun 1708 Jawa atau 1781 Masehi.
- Panggung tersebut dapat pula dibaca : Panggung Luhur Sangga Bhuwana. Artinya: panggung = pa agung bernilai 8; luhur bernilai 0 (nol); Sangga adalah perkumpulan para pendeta Budha bernilai 7 (tujuh); dan bhuwana bernilai 1 (satu), jadi 1708 Jawa atau 1781 Masehi. Atau dapat pula di baca : pa-agung (8); song (9); ga angka Jawa bernilai 1 (satu); bhuwana bernilai 1 (satu). Jadi 1198 Hijrah atau 1781 Masehi. Sengkalan ini sebagai peringatan pembuatan panggung tersebut.
- Di dalam wayang kulit purwa terdapat wayang Bathara Guru naik di atas hewan Lembu Nandini. Di baca : Sarira Dwija Dadi Ratu. Bernilai 1478 Saka atau 1556 Masehi, ialah peringatan ketika Sultan Demak membuat wayang kulit purwo sebagai sarana dakwah Islam.
- Ketika Sultan Agung membuat wayang kulit purwo, maka dibuatlah wayang kulit Buta Rambut Geni yang merupakan sengkalan pula. Bila dibaca : Jalu Buta Tinata Ing Ratu. Bernilai tahun 1553 Saka atau 1631 Masehi.
Di
atas telah disinggung sengkalan Nir Wuk Tanpa Jalu. Sengkalan ini
dihubungkan dengan waktu penobatan Aji Saka menjadi raja di Medhang
Kamulan setelah dapat mengalahkan Prabu Dewata Cengkar. Bukti sejarah
berupa prasasti misalnya, tidak kita temukan. Dari kenyataan sejarah,
Tahun 1078 Masehi, pusat kerajaan berada di Jawa Timur sekarang, atau di
daerah Manca Nagari zaman kerajaan (daerah Grobogan?), yaitu kerajaan
Mendhang dan Kahuripan zaman Mpu Sendok dan Airlangga. Atau dapat juga
pada masa Kerajaan Jenggala, Panjalu, Ngurawan dan Singasari, empat
sekawan yang berdiri bersama sebagai hasil pembagian wilayah pada masa
akhir pemerintahan Raja Airlangga.
Secara geografis, sekarang wilayah Kabupaten Grobogan memang
terletak di daerah Propinsi Dati I Jawa Tengah. Namun pada waktu itu
negara medhang tidak terletak di Bumi Mataram (Kedu), tetapi di luarnya,
yang pendapat umum ditafsirkan di daerah Jawa Timur.
Pada
Tahun 1078 M terdapat keturunan raja Airlangga yang berkuasa, yaitu Sri
Maharaja Sri Garasakan serta Sri Maharaha Mapanji Alanyung Ahyes. Sudah
barang tentu tokoh Aji Saka tidak dapat disamakan dengan masa Airlangga
dan sesudahnya berdasarkan data-data sejarah yang ada, tidak terjadi
perebutan pengaruh agama, tetapi memang ada gejala perebutan kekuasaan
politik. Hal ini dikiaskan dalam cerita Panji Panuluh. Justru perebutan
pengaruh di bidang keagamaan terjadi di masa Mataram, yaitu masa Dinasti
Sanjaya dan Dinasti Syailendra berbarengan berkuasa di Mataram. Dinasti
Sanjaya menganut Agama Hindu, sedang dinasti Syailendra menganut agama
Budha Mahayana. Masa perebutan pengaruh itu tampak jelas pada masa Rakai
Pikatan (Dinasti Sanjaya) dan Samarottungga Balaputera (Dinasti
Syailendra). Taktik yang digunakan oleh Pikatan untuk memperoleh
pengaruh yang lebih besar adalah dengan cara : dia kawin dengan salah
seorang puteri Syailendra, kakak Balaputera, yaitu Ratu Prarnodhawardani
atau Sri Kahulunan. Peperangan antara Rakai Pikatan melawan Balaputera
memang terjadi berdasarkan prasasti Ratu Baka (856 M = 778 Saka : Wulong
Gunung Sang Wiku). Perang diakhiri dengan kemenangan di pihak Rakai
Pikatan (Hindu). Sedang agama Budha (Balaputera) dalam peristiwa
tersebut kalah dan menyingkir ke Swarnadwipa (Sumatra) dan menjadi raja
Sriwijaya tempat penyebaran agama Budha di Asia Tenggara.
Atas
dasar kenyataan sejarah tersebut, maka cerita Aji Saka harus
ditafsirkan sebagai ceritera lambang yang sangat kuat mengandung unsur
mitologis.
Kita
ketahui, bahwa Sengkalan Nir Wuk Tanpa Jalu, arti harafiahnya adalah
Hilang Rusak Tanpa Susuh (ayam jantan) atau Hilang Rusak Tanpa Kekuatan
Laki-Laki. Maksudnya negara atau masyarakat kacau tanpa kekuatan
laki-laki. Maksudnya negara atau masyarakat kacau tanpa kekuatan, karena
tenaga laki-laki "dimakan" oleh Dewata Cengkar, sebagai kias bagi
mereka yang diperkerjakan untuk membangun bangunan suci berupa
candi-candi yang tidak sedikit jumlahnya. Misalnya: candi Borobudur,
Pawon, mendhut, Sari, Kalasan, Sewu, Ratu Baka, dan lain-lain. Inilah gambaran masa akhir bagi kerajaan Medhang di bhumi Mataram!
Sekarang dimanakah letak Kerajaan Medhang Kamulan itu ?
Perkataan
Medhang (Mendhang) Kamulan terdiri dari dua kata: Medhang dan Kamulan.
perkataan Medhang (Mendhang) berarti "ibu kota". Buktinya :
- Prasasti Kedu (Mantyasih) yang lebih dikenal dengan nama Prasasti Balitung, bertahun 907 M ditemukan di desa Kedu. Antara lain menyebutkan : "rahyang tarumuhun ri Medhang ri Poh Pitu". (Slamet Mulyono, Sriwijaya: hal. 147). Artinya pembesar-pembesar terdahulu yang memerintah di Medhang Poh Pitu, atau pembesar-pembesar yang memerintah terdahulu yang beribu kota di Poh Pitu.
- Prasasti Tengaran (Jombang, Jawa Timur) memindahkan Ibu kota Mendhang dari Poh Pitu ke Mamratipura, dan raja Wawa mengatakan ibukotanya "ri Mendhang ri Bhumi Mataram", artinya "di Medhang di Bumi Mataram". Dan nama ibukota ini dalam prasasti Tengaran tersebut disebut pula "Medhang i Bumi Mat i Watu" yang artinya "Ibukota di Bhumi Mat i Watu" (Caspaaris, I, 1950 : hal. 39-42).
Jadi jelas bahwa Medhang menjadi ibukota kerajaan Mataram, kota ini sebagai "kuthagara"nya di Mataram.
Sedang
Kamulan berasal dari kata dasar "mula" mendapatkan awalan "ka" dan
akhiran "an", membentuk kata benda. Arti "mula" adalah awal, asal, atau
akar. Untuk memperoleh penjelasan tentang "mula" tersebut, perlu
dikemukakan contoh-contoh yang diajukan oleh Casparis dalam Prasasti
Indonesia I (1950).
Batu
dari Siman, Kediri (OJO 28) menyebutkan beberapa kali "Sang Hyang
Dharma Kamulan", yang artinya "Mula Sang Hyang Dharma" Maksudnya adalah
"pendahlu yang telah tiada, atau sebuah tempat pemakaman nenek moyang".
Selanjutnya dalam Prasasti Singasari disebutkan (OJO 38) "apan ngakai
gunung wangkali kamulan Kahyangan ia pangawan" yang artinya "sebab
inilah gunung Wangkali dari Kahyangan di Pangawan". Jadi disini kata
"mula" berhubungan dengan "gunung suci?, pendahulu, cikal bakal aatau
suci.
Dalam
Prasasti Karangtengah (824 M) diceritakan bahwa Ratu Puteri
Pramodhawardhani (Sri Kahuluan dan Prasasti Sri Kahuluan th 842)
mendirikan "Kamulan" di Bhumi Sambhara (Budhara) atau bangunan suci
Borobudur. Di sini arti "Kamulan" adalah makam nenek moyang dan tempat
pemujaan.
Dari
penjelasan di atas kita dapat menduga mungkin yang dimaksudkan dengan
kata "mula" di sini adalah "asal, cikal bakal, awal atau permulaan
kejadian." Jadi Medhang Kamulan berarti ibukota yang mula pertama atau
asal kejadian.
Sekarang
timbul pertanyaan: Di manakah letak ibukota tersebut? melihat sebutan-
sebutan ibukota seperti Medhang i Poh Pitu, Medhang i Mat i Watu,
Medhang ri Mamratipura, ri Medhang ri Bhumi Mataram, menimbulkan kesan
pada kita, bahwa agaknya ibukota tersebut selalu berpindah-pindah
tempat, sebab mungkin terdesak oleh penguasa lain, bencana alam dan
lain-lain. Sehingga ibukota kerajaan : Mojopahit : dari Mojopahit ke
Sengguruh; dari Mojopahit ke Bintara, Demak; Mataram : dari Kerta ke
Plered; dari Plered ke Wanakerta atau kartosuro, dan dari Kartosuro
berpindah ke Surakarta, dan sebagainya.
Beberapa ahli menunjuk letak kota Medhang sebagai berikut :
- Di sekitar Prambanan, sebab disitu banyak peninggalan sejarah berupa candi. Maka disitu pulalah pusat ibukota kerajaan Medhang. Inilah pendapat Krom, (1957 : 40). Juga dalam cerita Bandung Bandawasa berperang dengan Prabu Baka di Prambanan dan cerita terjadinya Candi Sewu dan Candi Lara Jonggrang berlokasi di Prambanan. (Ranggawarsito, III, 1922).
- Letaknya di Purwodadi, daerah Grobogan, sebab di situ terdapat desa Medhang Kamulan, Kesanga, dan sebagainya yang berkaitan dengan Ceritera Aji Jaka Linglung. Serta di desa Kesanga terdapat puing-puing bekas istana kerajaan yang diduga bekas istana kerajaan Medhang. (Raffles, 1978).
- Pendapat purbacarka dalam bukunya "Enkele Oud platsnamen" dalam TBG, 1933, menyatakan bahwa letak Medhang Kamulan di sekitar Bagelen (Purworejo), sebab di daerah itu terdapat desa bernama Awu-awu langit dan desa Watukura. Dyah Watukura adalah nama lain bagi Balitung, salah seorang keturunan Raja Sanjaya. Desa Awu-awu langit artinya mendung atau Medhang
Dari
beberapa pendapat tersebut, yang jelas bahwa ibukota kerajaan Mataram
selalu berpindah-pindah. Sebagai ibukota permulaan adalah Purwodadi,
daerah Grobogan, kemudian berpindah ke sekitar Prambanan, kemudian
berpindah ke daerah Kedu Bagelen, dan berpindah ke Prambanan lagi, baru
sesudah itu berpindah ke Jawa Timur.
Alasan menentukan ibukota pertama di Purwodadi adalah :
- "Purwa" berarti "permulaan" (Jawa: kawitan). "Dadi" artinya "jadi" (Jawa : Dumadi). Yang mula-mula jadi, purwaning dumadi, sangkan paraning dumadi. Hal ini dikaitkan dengan ceritera Aji Saka dengan Carakan Jawanya yang mengandung hidup, dan kehidupaan manusia "Manunggaling Kawula Gusti", dari sejak asal mula manusia di dunia ini.
- Bila kita tinjau letak geografisnya, memang lebih sesuai, sebab didaerah tersebut mudah mencari air, padahal setiap makhluk membutuhkan air. Daerah ini memanfaatkan air sungai Lusi dan beberapa anak sungainya untuk lalu lintas, pengairan kebutuhan hidup sehari-hari. Lagi puia daerah ini tidak jauh dari laut, bahkan mungkin terletak di tepi pantai Laut Jawa.
- Di dalam Primbon Jayabaya (hal.27) dikatakan bahwa Aji Saka naik takhta di negara Sumedang Purwacarita. Perkataan "Sumedhang" di sini bukanlah kota Sumedang di Jawa Barat sekarang, tetapi dimaksudkan kota Medhang yang sangat baik. Jadi Sumedang Purwacarita artinya ibukota Medhang yang sangat baik bagi (negara) Purwacarita. Purwa berarti permulaan; carita berarti cerita, kejadian, purwaning dumadi, sangkan paraning dumadi. Dengan demikian Sumedhang Purwacarita identik dengan Medhang (Mendhang) Kamulan yang lahir di Mataram (negeri ibu, ibu pertiwi) yang pertama kali.
Selanjutnya bagaimana cerita tentang Grobogan ?
Menurut
cerita tutur yang beredar di daerah Grobogan, suatu ketika pasukan
Demak di bawah pimpinan Sunan Ngudung dan Sunan Kudus menyerbu ke pusat
kerajaan Mojopahit. Dalam pertempuran tersebut pasukan Demak memperoleh
kemenangan gemilang. Runtuhlah kerajaan Mojopahit. Ketika Sunan Ngundung
memasuki Istana, dia menemukan banyak pusaka Mojopahit yang
ditinggalkan. Benda-benda itu dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam sebuah
grobog, kemudian dibawa sebagai barang boyongan ke Demak.
Peristiwa
tersebut sangat mengesankan hati Sunan Ngudung. Sebagai kenangan, maka
tempat tersebut diberi nama Grobogan yaitu tempat berupa grobog.
Di
atas dijelaskan, bahwa grobog adalah sebuah kotak persegi panjang yang
digunakan untuk menyimpan uang atau barang yang dibuat dari kayu.
Kadang-kadang berbentuk bulat, agar mudah membawanya dan dengan cepat
dapat diselamatkan apabila ada bahaya mengancam, misalnya bahaya
kebakaran. Tetapi grobog juga dapat berarti kandang yang berbentuk kotak
untuk mengangkut binatang buas (misalnya: harimau) hasil tangkapan dari
perburuan. Grobog tersebut dapat juga digunakan sebagai alat penangkap
harimau. Grobog ini biasa disebut Grobog atau bekungkung (bila kecil
disebut: jekrekan untuk menangkap tikus) (Geriecke dan Roorda, 1901 :
569).
Dari
penjelasan diatas, Grobogan berasal dari kata Grobog yang dalam salam
ucapnya menjadi "grogol". yaitu alat penangkap binatang buas. Di
Kotamadya Surakarta terdapat kampung bernama Grogolan, yang dahulu
tempat mengumpulkan harimau hasil perburuan (digrogol atau dikrangkeng).
Di perbatasan Kotamadya Surakarta dengan Kab. Dati II Sukoharjo
terdapat desa yang bernama desa Grogol, Kec. Grogol, ialah daerah
perburuan Sunan Surakarta dan Pajang pada zaman kerajaan.
Sejalan
dengan penjelasan di atas maka Grobogan adalah sebuah daerah yang
digunakan sebagai daerah perburuan. Dan ternyata daerah ini merupakan
daerah perburuan Sultan Demak (Atmodarminto, 1962 : 119) atau merupakan
daerah persembunyian para bandit dan penyamun zaman Kerajaan Demak
Pajang (Atmodarminto, 1955 : 123). Pada zaman Kartasura daerah ini
merupakan daerah tempat tinggal tokoh-tokoh gagah berani dalam berperang
(Babad Kartosuro, 79), misalnya : Adipati Puger, Pangeran Serang, Ng.
Kartodirjo, dan lain-lain.
Samana
jeng Suitan karsa lelangen, amburu sato ing wanadri, Trenggono
kadherekaken para abdi, mring Sela wus laju maring anggrogol sato wana.
(Admadarminto, 1062 : 19).
Dalam
abad XIX daerah Grobogan merupakan daerah persembunyian para pahlawan
rakyat penentang kekuasaan kolonial Belanda, bersama-sama dengan daerah
Sukowati. Daerah ini sangat cocok sebagai daerah persembunyian, karena
merupakan daerah hutan jati yang lebat dan berbukit-bukit.
Sumber: Grobogan.co.id
Sejarah Berkembangan Dan Penyebaran Bahasa Jawa
Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan penduduk suku bangsa Jawa terutama di beberapa bagian Banten terutama di kabupaten Serang dan Tangerang, Jawa Barat khususnya kawasan Pantai utara terbentang dari pesisir utara Karawang, Subang, Indramayu dan Cirebon, Jawa Tengah & Jawa Timur di Indonesia.
Penyebaran Bahasa Jawa
Penduduk Jawa yang berpindah ke Malaysia turut membawa bahasa dan kebudayaan Jawa ke Malaysia, sehingga terdapat kawasan pemukiman mereka yang dikenal dengan nama kampung Jawa, padang Jawa. Di samping itu, masyarakat pengguna Bahasa Jawa juga tersebar di berbagai wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kawasan-kawasan luar Jawa yang didominasi etnis Jawa atau dalam persentase yang cukup signifikan adalah : Lampung (61%), Bengkulu (25%), Sumatra Utara (antara 15%-25%). Khusus masyarakat Jawa di Sumatra Utara ini, mereka merupakan keturunan para kuli kontrak yang dipekerjakan di berbagai wilayah perkebunan tembakau, khususnya di wilayah Deli sehingga kerap disebut sebagai Jawa Deli atau Pujakesuma (Putra Jawa Kelahiran Sumatera). Sedangkan masyarakat Jawa di daerah lain disebarkan melalui program transmigrasi yang diselenggarakan semenjak jaman penjajahan Belanda.
Selain di kawasan Nusantara ataupun Malaysia. Masyarakat Jawa juga ditemukan dalam jumlah besar di Suriname, yang mencapai 15% dari penduduk secara keseluruhan, kemudian di Kaledonia Baru bahkan sampai kawasan Aruba dan Curacao serta Belanda. Sebagian kecil bahkan menyebar ke wilayah Guyana Perancis dan Venezuela.
Fonologi
Dialek baku bahasa Jawa, yaitu yang didasarkan pada dialek Jawa Tengah, terutama dari sekitar kota Surakarta dan Yogyakarta memiliki fonem-fonem berikut:
Vokal: Depan Tengah Belakang i u e Y o ([) (T) a
Konsonan: Labial Dental Alveolar Retrofleks Palatal Velar Glotal Eksplosiva p b t d ˆ V tƒ d’ k g ” Frikatif s (‚) h Likuida & semivokal w l r j Sengau m n (s) r K
Perhatian: Fonem-fonem antara tanda kurung merupakan alofon.
Penjelasan Vokal
Tekanan kata (stress) direalisasikan pada suku kata kedua dari belakang, kecuali apabila sukukata memiliki sebuah pepet sebagai vokal. Pada kasus seperti ini, tekanan kata jatuh pada sukukata terakhir, meskipun sukukata terakhir juga memuat pepet. Apabila sebuah kata sudah diimbuhi dengan afiks, tekanan kata tetap mengikuti tekanan kata kata dasar.
Contoh: /jaran/ (kuda) dilafazkan sebagai [j'aran] dan /pajaranan/ (tempat kuda) dilafazkan sebagai [paj'aranan].
Semua vokal kecuali /Y/, memiliki alofon. Fonem /a/ pada posisi tertutup dilafazkan sebagai [a], namun pada posisi terbuka sebagai [T].
Contoh: /lara/ (sakit) dilafazkan sebagai [l'TrT], tetapi /larane/ (sakitnya) dilafazkan sebagai [l'arane]
Fonem /i/ pada posisi terbuka dilafazkan sebagai [i] namun pada posisi tertutup lafaznya kurang lebih mirip [e].
Contoh: /panci/ dilafazkan sebagai [p'arci] , tetapi /kancil/ kurang lebih dilafazkan sebagai [k'arcel].
Fonem /u/ pada posisi terbuka dilafazkan sebagai [u] namun pada posisi tertutup lafaznya kurang lebih mirip [o].
Contoh: /wulu/ (bulu) dilafazkan sebagai [w'ulu] , tetapi /ˆuyul/ (tuyul) kurang lebih dilafazkan sebagai [ˆ'uyol].
Fonem /e/ pada posisi terbuka dilafazkan sebagai [e] namun pada posisi tertutup sebagai [[]. Contoh: /lele/ dilafazkan
sebagai [l'ele] , tetapi /bebek/ dilafazkan sebagai [b'[b[”].
Fonem /o/ pada posisi terbuka dilafazkan sebagai [o] namun pada posisi tertutup sebagai [T].
Contoh: /loro/ dilafazkan sebagai [l'oro] , tetapi /boloK/ dilafazkan sebagai [b'TlTK].
Penjelasan Konsonan Fonem /k/ memiliki sebuah alofon. Pada posisi terakhir, dilafazkan sebagai [”]. Sedangkan pada posisi tengah dan awal tetap sebagai [k].
Fonem /n/ memiliki dua alofon. Pada posisi awal atau tengah apabila berada di depan fonem eksplosiva palatal atau retrofleks, maka fonem sengau ini akan berubah sesuai menjadi fonem homorgan. Kemudian apabila fonem /n/mengikuti sebuah /r/, maka akan menjadi [s] (fonem sengau retrofleks).
Contoh: /panjaK/ dilafazkan sebagai [p'arjaK], lalu /anVap/ dilafazkan sebagai [”'asVap]. Kata /warna/ dilafazkan sebagai [w'arsT].
Fonem /s/ memiliki satu alofon. Apabila /s/ mengikuti fonem /r/ atau berada di depan fonem eksplosiva retrofleks, maka akan direalisasikan sebagai [‚].
Contoh: /warsa/ dilafazkan sebagai [w'ar‚T], lalu /esˆi/ dilafazkan sebagai [”'e‚ˆi].
Fonotaktik
Dalam bahasa Jawa baku, sebuah sukukata bisa memiliki bentuk seperti berikut: (n)-K1-(l)-V-K2.
Artinya ialah Sebagai berikut:
- (n) adalah fonem sengau homorgan.
- K1 adalah konsonan eksplosiva ata likuida.
- (l) adalah likuida yaitu /r/ atau /l/, namun hanya bisa muncul kalau K1 berbentuk eksplosiva.
- V adalah semua vokal. Tetapi apabila K2 tidak ada maka fonem /Y/ tidak bisa berada pada posisi ini.
- K2 adalah semua konsonan kecuali eksplosiva palatal dan retrofleks; /c/, /j/, /ˆ/, dan /V/.
Contoh:
- a
- an
- pan
- prang
- njlen
Dialek-Dialek Bahasa Jawa
Bahasa Jawa pada dasarnya terbagi atas dua klasifikasi dialek, yakni :
- Dialek daerah, dan
- Dialek sosial
Karena bahasa ini terbentuk dari gradasi-gradasi yang sangat berbeda dengan Bahasa Indonesia maupun Melayu, meskipun tergolong rumpun Austronesia. Sedangkan dialek daerah ini didasarkan pada wilayah, karakter dan budaya setempat. Perbedaan antara dialek satu dengan dialek lainnya bisa antara 0-70%. Untuk klasifikasi berdasarkan dialek daerah, pengelompokannya mengacu kepada pendapat E.M. Uhlenbeck, 1964, di dalam bukunya : "A Critical Survey of Studies on the Languages of Java and Madura", The Hague: Martinus Nijhoff[1].
Kelompok Bahasa Jawa Bagian Barat
- Dialek Banten
- Dialek Cirebon
- Dialek Tegal
- Dialek Banyumasan
- Dialek Bumiayu (peralihan Tegal dan Banyumas)
Kelompok pertama di atas sering disebut bahasa Jawa ngapak-ngapak.
Kelompok Bahasa Jawa Bagian Tengah :
- Dialek Pekalongan
- Dialek Kedu
- Dialek Bagelen
- Dialek Semarang
- Dialek Pantai Utara Timur (Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Pati)
- Dialek Blora
- Dialek Surakarta
- Dialek Yogyakarta
- Dialek Madiun
Kelompok kedua di atas sering disebut Bahasa Jawa Standar, khususnya dialek Surakarta dan Yogyakarta.
Kelompok Bahasa Jawa Bagian Timur :
- Dialek Pantura Jawa Timur (Tuban, Bojonegoro)
- Dialek Surabaya
- Dialek Malang
- Dialek Jombang
- Dialek Tengger
- Dialek Banyuwangi (atau disebut Bahasa Osing)
Kelompok ketiga di atas sering disebut Bahasa Jawa Timuran.
Dialek sosial dalam Bahasa Jawa berbentuk sebagai berikut :
- Ngoko
- Ngoko andhap
- Madhya
- Madhyantara
- Kromo
- Kromo Inggil
READ MORE - Sejarah Berkembangan Dan Penyebaran Bahasa Jawa
Penyebaran Bahasa Jawa
Penduduk Jawa yang berpindah ke Malaysia turut membawa bahasa dan kebudayaan Jawa ke Malaysia, sehingga terdapat kawasan pemukiman mereka yang dikenal dengan nama kampung Jawa, padang Jawa. Di samping itu, masyarakat pengguna Bahasa Jawa juga tersebar di berbagai wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kawasan-kawasan luar Jawa yang didominasi etnis Jawa atau dalam persentase yang cukup signifikan adalah : Lampung (61%), Bengkulu (25%), Sumatra Utara (antara 15%-25%). Khusus masyarakat Jawa di Sumatra Utara ini, mereka merupakan keturunan para kuli kontrak yang dipekerjakan di berbagai wilayah perkebunan tembakau, khususnya di wilayah Deli sehingga kerap disebut sebagai Jawa Deli atau Pujakesuma (Putra Jawa Kelahiran Sumatera). Sedangkan masyarakat Jawa di daerah lain disebarkan melalui program transmigrasi yang diselenggarakan semenjak jaman penjajahan Belanda.
Selain di kawasan Nusantara ataupun Malaysia. Masyarakat Jawa juga ditemukan dalam jumlah besar di Suriname, yang mencapai 15% dari penduduk secara keseluruhan, kemudian di Kaledonia Baru bahkan sampai kawasan Aruba dan Curacao serta Belanda. Sebagian kecil bahkan menyebar ke wilayah Guyana Perancis dan Venezuela.
Fonologi
Dialek baku bahasa Jawa, yaitu yang didasarkan pada dialek Jawa Tengah, terutama dari sekitar kota Surakarta dan Yogyakarta memiliki fonem-fonem berikut:
Vokal: Depan Tengah Belakang i u e Y o ([) (T) a
Konsonan: Labial Dental Alveolar Retrofleks Palatal Velar Glotal Eksplosiva p b t d ˆ V tƒ d’ k g ” Frikatif s (‚) h Likuida & semivokal w l r j Sengau m n (s) r K
Perhatian: Fonem-fonem antara tanda kurung merupakan alofon.
Penjelasan Vokal
Tekanan kata (stress) direalisasikan pada suku kata kedua dari belakang, kecuali apabila sukukata memiliki sebuah pepet sebagai vokal. Pada kasus seperti ini, tekanan kata jatuh pada sukukata terakhir, meskipun sukukata terakhir juga memuat pepet. Apabila sebuah kata sudah diimbuhi dengan afiks, tekanan kata tetap mengikuti tekanan kata kata dasar.
Contoh: /jaran/ (kuda) dilafazkan sebagai [j'aran] dan /pajaranan/ (tempat kuda) dilafazkan sebagai [paj'aranan].
Semua vokal kecuali /Y/, memiliki alofon. Fonem /a/ pada posisi tertutup dilafazkan sebagai [a], namun pada posisi terbuka sebagai [T].
Contoh: /lara/ (sakit) dilafazkan sebagai [l'TrT], tetapi /larane/ (sakitnya) dilafazkan sebagai [l'arane]
Fonem /i/ pada posisi terbuka dilafazkan sebagai [i] namun pada posisi tertutup lafaznya kurang lebih mirip [e].
Contoh: /panci/ dilafazkan sebagai [p'arci] , tetapi /kancil/ kurang lebih dilafazkan sebagai [k'arcel].
Fonem /u/ pada posisi terbuka dilafazkan sebagai [u] namun pada posisi tertutup lafaznya kurang lebih mirip [o].
Contoh: /wulu/ (bulu) dilafazkan sebagai [w'ulu] , tetapi /ˆuyul/ (tuyul) kurang lebih dilafazkan sebagai [ˆ'uyol].
Fonem /e/ pada posisi terbuka dilafazkan sebagai [e] namun pada posisi tertutup sebagai [[]. Contoh: /lele/ dilafazkan
sebagai [l'ele] , tetapi /bebek/ dilafazkan sebagai [b'[b[”].
Fonem /o/ pada posisi terbuka dilafazkan sebagai [o] namun pada posisi tertutup sebagai [T].
Contoh: /loro/ dilafazkan sebagai [l'oro] , tetapi /boloK/ dilafazkan sebagai [b'TlTK].
Penjelasan Konsonan Fonem /k/ memiliki sebuah alofon. Pada posisi terakhir, dilafazkan sebagai [”]. Sedangkan pada posisi tengah dan awal tetap sebagai [k].
Fonem /n/ memiliki dua alofon. Pada posisi awal atau tengah apabila berada di depan fonem eksplosiva palatal atau retrofleks, maka fonem sengau ini akan berubah sesuai menjadi fonem homorgan. Kemudian apabila fonem /n/mengikuti sebuah /r/, maka akan menjadi [s] (fonem sengau retrofleks).
Contoh: /panjaK/ dilafazkan sebagai [p'arjaK], lalu /anVap/ dilafazkan sebagai [”'asVap]. Kata /warna/ dilafazkan sebagai [w'arsT].
Fonem /s/ memiliki satu alofon. Apabila /s/ mengikuti fonem /r/ atau berada di depan fonem eksplosiva retrofleks, maka akan direalisasikan sebagai [‚].
Contoh: /warsa/ dilafazkan sebagai [w'ar‚T], lalu /esˆi/ dilafazkan sebagai [”'e‚ˆi].
Fonotaktik
Dalam bahasa Jawa baku, sebuah sukukata bisa memiliki bentuk seperti berikut: (n)-K1-(l)-V-K2.
Artinya ialah Sebagai berikut:
- (n) adalah fonem sengau homorgan.
- K1 adalah konsonan eksplosiva ata likuida.
- (l) adalah likuida yaitu /r/ atau /l/, namun hanya bisa muncul kalau K1 berbentuk eksplosiva.
- V adalah semua vokal. Tetapi apabila K2 tidak ada maka fonem /Y/ tidak bisa berada pada posisi ini.
- K2 adalah semua konsonan kecuali eksplosiva palatal dan retrofleks; /c/, /j/, /ˆ/, dan /V/.
Contoh:
- a
- an
- pan
- prang
- njlen
Dialek-Dialek Bahasa Jawa
Bahasa Jawa pada dasarnya terbagi atas dua klasifikasi dialek, yakni :
- Dialek daerah, dan
- Dialek sosial
Karena bahasa ini terbentuk dari gradasi-gradasi yang sangat berbeda dengan Bahasa Indonesia maupun Melayu, meskipun tergolong rumpun Austronesia. Sedangkan dialek daerah ini didasarkan pada wilayah, karakter dan budaya setempat. Perbedaan antara dialek satu dengan dialek lainnya bisa antara 0-70%. Untuk klasifikasi berdasarkan dialek daerah, pengelompokannya mengacu kepada pendapat E.M. Uhlenbeck, 1964, di dalam bukunya : "A Critical Survey of Studies on the Languages of Java and Madura", The Hague: Martinus Nijhoff[1].
Kelompok Bahasa Jawa Bagian Barat
- Dialek Banten
- Dialek Cirebon
- Dialek Tegal
- Dialek Banyumasan
- Dialek Bumiayu (peralihan Tegal dan Banyumas)
Kelompok pertama di atas sering disebut bahasa Jawa ngapak-ngapak.
Kelompok Bahasa Jawa Bagian Tengah :
- Dialek Pekalongan
- Dialek Kedu
- Dialek Bagelen
- Dialek Semarang
- Dialek Pantai Utara Timur (Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Pati)
- Dialek Blora
- Dialek Surakarta
- Dialek Yogyakarta
- Dialek Madiun
Kelompok kedua di atas sering disebut Bahasa Jawa Standar, khususnya dialek Surakarta dan Yogyakarta.
Kelompok Bahasa Jawa Bagian Timur :
- Dialek Pantura Jawa Timur (Tuban, Bojonegoro)
- Dialek Surabaya
- Dialek Malang
- Dialek Jombang
- Dialek Tengger
- Dialek Banyuwangi (atau disebut Bahasa Osing)
Kelompok ketiga di atas sering disebut Bahasa Jawa Timuran.
Dialek sosial dalam Bahasa Jawa berbentuk sebagai berikut :
- Ngoko
- Ngoko andhap
- Madhya
- Madhyantara
- Kromo
- Kromo Inggil
Cara Membuat Tema Android Sendiri
Bosan dengan tema android yang sekarang kamu pakai? Kamu mau membuat
kreasi tema android dengan icon sendiri. Saya punya triknya. Sebelum
melanjutkan baca dulu keterangan di bawah biar tidak salah paham:
Trik ini bukan membuat tema/launcher android sebagai ‘stand alone apps’, namun trik untuk membuat tema Go launcher kreasi sendiri.
Program ini memerlukan Java JDK, jadi kamu harus memastikan bahwa kamu harus menginstall Java JDK dulu di komputermu.
Sebenarnya Go launcher sudah memiliki pengaturan kustomisasi yang sangat lengkap, seperti mengganti wallpaper, background menu icon, hingga mengganti icon pack dengan tema lain yang sudah terinstall, namun tentu saja kamu sangat bangga dengan tema kamu yang tercantum namamu dan icon kreasimu.
Nama programnya GO ThemesFactory, kamu dapat membuat tema kreasi sendiri dan bahkan dapat mengedit tema yang sudah anda. Berikut langkah singkatnya.
1. Download dan install Java JDK di komputermu
2. Download GO ThemesFactory.
3. Extract file zip, klik ‘themefactorybeta’, karena file installer ini berukuran kecil atau versi onlinenya, maka anda harus sabar menunggu program ini terinstall secara online, pastikan anda punya koneksi internet yang stabil (kira-kira 10 menit).
4. Setelah berhasil terinstall, program akan terbuka. Program ini punya menu yang komplit.
5. Klik ‘New’, dan isi nama tema anda dan pilih folder tempat simpannya di C:/3G_GoLauncher_Dev_ThemesFactory
6. Buatlah kreasi anda sendiri, anda bisa ganti wallpaper, menu icon background, icon apps, icon base dan sebagainya.
7. Ketika kreasimu siap, klik save dan klik menu ‘Export’
8. Selamat, kamu berhasil buat tema sendiri! Anda siap menstranfer tema kreasi anda ke android kesayanganmu. (file apk yang baru dibuat tersimpan di folder dimana kamu men-extract file zip dan menginstall go themefactory.
Download GO ThemesFactory
Download Java JDK
Beberapa Tema Go Launcher kreasi saya.
READ MORE - Cara Membuat Tema Android Sendiri
Trik ini bukan membuat tema/launcher android sebagai ‘stand alone apps’, namun trik untuk membuat tema Go launcher kreasi sendiri.
Program ini memerlukan Java JDK, jadi kamu harus memastikan bahwa kamu harus menginstall Java JDK dulu di komputermu.
Sebenarnya Go launcher sudah memiliki pengaturan kustomisasi yang sangat lengkap, seperti mengganti wallpaper, background menu icon, hingga mengganti icon pack dengan tema lain yang sudah terinstall, namun tentu saja kamu sangat bangga dengan tema kamu yang tercantum namamu dan icon kreasimu.
Nama programnya GO ThemesFactory, kamu dapat membuat tema kreasi sendiri dan bahkan dapat mengedit tema yang sudah anda. Berikut langkah singkatnya.
1. Download dan install Java JDK di komputermu
2. Download GO ThemesFactory.
3. Extract file zip, klik ‘themefactorybeta’, karena file installer ini berukuran kecil atau versi onlinenya, maka anda harus sabar menunggu program ini terinstall secara online, pastikan anda punya koneksi internet yang stabil (kira-kira 10 menit).
4. Setelah berhasil terinstall, program akan terbuka. Program ini punya menu yang komplit.
5. Klik ‘New’, dan isi nama tema anda dan pilih folder tempat simpannya di C:/3G_GoLauncher_Dev_ThemesFactory
6. Buatlah kreasi anda sendiri, anda bisa ganti wallpaper, menu icon background, icon apps, icon base dan sebagainya.
7. Ketika kreasimu siap, klik save dan klik menu ‘Export’
8. Selamat, kamu berhasil buat tema sendiri! Anda siap menstranfer tema kreasi anda ke android kesayanganmu. (file apk yang baru dibuat tersimpan di folder dimana kamu men-extract file zip dan menginstall go themefactory.
Download GO ThemesFactory
Download Java JDK
Beberapa Tema Go Launcher kreasi saya.
Cara Rooting Smartfren Andromax C
Cara Rooting Smartfren Andromax C - Cara yang di tuliskan di artikel ini
merupakan cara termudah yang bisa di lakukan untuk melakukan rooting
Smartfren Andromax C, kita tidak memerlukan PC untuk melakukan tutorial
ini.
Jika anda mengikuti langkah - langkah dari tutorial ini maka ada 2 hal yang di dapat :
1. Smartfren Andromax C anda ter - root
2. Anda akan memiliki custom recovery (CWM)
Sebelum memulainya sebaiknya backup Smartfren Andromax C anda, dan ingat saya tidak akan bertanggung jawab jika terjadi hal - hal yang tidak di inginkan pada device anda, lakukan hanya jika anda benar - benar yakin.
Bahan - Bahan yang harus di download :
1. CWM-MaxC-temp.zip
2. CWM-MaxC.zip
3. Root-MaxC1.41.zip
Langkah - Langkah Cara Rooting Smartfren Andromax C
1. Setelah mendownload bahan - bahan yang diperlukan, pindahkan semuanya ke dalam external memory (sd card). lalu matikan device anda.
2. Tekan kombinasi tombol "Volume Down + Tombol Power" untuk masuk ke dalam menu recovery mode. pada saat di recovery mode gunakan Volume Up dan Volume Down untuk navigasi, Tombol Power untuk back dan Tombol Home untuk pilihan atau select. Tekan tombol home, ini akan memunculkan menu.
3. Pada menu pilih "Apply update from sd card", lakukan pilihan dengan file CWM-MaxC-temp.zip jangan lakukan reboot setelah installasi selesai.
4. Pilih kembali "Apply update from sd card", sekarang lakukan pilihan dengan file Root-MaxC1.41.zip. ini akan menginstall Superuser, pada tahap ini anda akan melakukan rooting pada Smartfren Andromax C anda. Setelah selesai jangan reboot device anda terlebih dahulu.
5. Kembali pilih "Apply update from sd card", namun kali ini lakukan pemilihan file CWM-MaxC.zip lakukan instalasi sampai selesai kemudian lakukan reboot.
6. Selamat anda sudah berhasil Rooting Smartfren Andromax C anda, dan Berhasil menginstall custom Recovery CWM.
NOTE :
DO IT WITH YOUR OWN RISK, THIS TUTORIAL CAN MAKE YOU LOSE YOUR DATA
READ MORE - Cara Rooting Smartfren Andromax C
Jika anda mengikuti langkah - langkah dari tutorial ini maka ada 2 hal yang di dapat :
1. Smartfren Andromax C anda ter - root
2. Anda akan memiliki custom recovery (CWM)
Sebelum memulainya sebaiknya backup Smartfren Andromax C anda, dan ingat saya tidak akan bertanggung jawab jika terjadi hal - hal yang tidak di inginkan pada device anda, lakukan hanya jika anda benar - benar yakin.
Bahan - Bahan yang harus di download :
1. CWM-MaxC-temp.zip
2. CWM-MaxC.zip
3. Root-MaxC1.41.zip
Langkah - Langkah Cara Rooting Smartfren Andromax C
1. Setelah mendownload bahan - bahan yang diperlukan, pindahkan semuanya ke dalam external memory (sd card). lalu matikan device anda.
2. Tekan kombinasi tombol "Volume Down + Tombol Power" untuk masuk ke dalam menu recovery mode. pada saat di recovery mode gunakan Volume Up dan Volume Down untuk navigasi, Tombol Power untuk back dan Tombol Home untuk pilihan atau select. Tekan tombol home, ini akan memunculkan menu.
3. Pada menu pilih "Apply update from sd card", lakukan pilihan dengan file CWM-MaxC-temp.zip jangan lakukan reboot setelah installasi selesai.
4. Pilih kembali "Apply update from sd card", sekarang lakukan pilihan dengan file Root-MaxC1.41.zip. ini akan menginstall Superuser, pada tahap ini anda akan melakukan rooting pada Smartfren Andromax C anda. Setelah selesai jangan reboot device anda terlebih dahulu.
5. Kembali pilih "Apply update from sd card", namun kali ini lakukan pemilihan file CWM-MaxC.zip lakukan instalasi sampai selesai kemudian lakukan reboot.
6. Selamat anda sudah berhasil Rooting Smartfren Andromax C anda, dan Berhasil menginstall custom Recovery CWM.
NOTE :
DO IT WITH YOUR OWN RISK, THIS TUTORIAL CAN MAKE YOU LOSE YOUR DATA
Subscribe to:
Posts (Atom)