Ini adalah kakak Gatotkaca namanya Antareja.Dalam versi Surakarta disebut juga Antasena, adalah putra pertama Raden Werkudara dengan istri pertamanya Dewi Nagagini, putri Sanghyang Antaboga, dewa ular. Ketika peristiwa Bale Sigala-gala, yang dibakar habis oleh Kurawa, Pendawa menyelamatkan diri masuk ke terowongan yang ditunjukkan oleh seekor musang putih, jelmaan dewa Antaboga. Sampai di kahyangan Saptapratala, tempat bersemayamnya Bathara Antaboga. Selama tinggal di kahyangan bawah tanah itu, rupanya Bratasena dan Nagagini ‘sir-siran’ (sama-sama naksir). Kemudian kedua sejoli yang sedang dilanda asmara itu dikawinkan, dan dari hasil perkawinan itu, lahirlah Antareja. Pandawa tidak bisa tinggal lama-lama di Saptapratala, dengan terpaksa mereka harus kembali ke janaloka (dunia) dan meninggalkan Nagagini serta bayi Antareja.
Antareja bertumbuh menjadi ksatria gagah perkasa dan sangat sakti, berkat bimbingan kakeknya. Setelah dewasa, ia ingin bertemu dengan ayahnya, akhirnya dia berangkat ke Amarta. Sebelum sampai di Amarta dia menemukan perahu terapung-apung di sungai Gangga, karena menarik perhatiannya, perahu itu dihampiri. Alangkah terkejutnya ternyata perahu itu berisi seorang perempuan cantik yang sudah tak bernyawa. Dengan kesaktiannya, perempuan itu dihidupkan kembali, karena memang belum saatnya mati. Setelah hidup kembali, perempuan itu bercerita mengaku bernama Sembadra, istri Arjuna, paman Antareja sendiri, karena Arjuna adik Werkudara. Kemudian sebagai ucapan terima kasihnya kepada Antareja, Sembadra sanggup membantu untuk bertemu dengan Werkudara, karena tidak mudah untuk mengaku-ngaku sebagai anak Pandawa.
Di tengah-tengah asyiknya berbicara, tanpa diketahui dari mana asalnya, Antareja merasa seolah disambar petir. Ternyata yang disangka petir itu, adalah serangan seorang ksatria yang tinggi dan besarnya hampir sama dengannya, bahkan ada kemiripan dengannya.
Akhirnya Sembadra menengahinya dan menerangkan bahwa yang menyerang Antareja itu adalah Gathotkaca, adiknya sendiri lain ibu. Sedangkan Gathotkaca mengira yang membunuh Sembadra adalah Antareja. Karena ia ditugasi oleh Kresna untuk mengawasi perahu isi jasad Sembadra, supaya dapat diketahui, siapa sebenarnya pembunuh Sembadra. Sembadra yang mempunyai nama Rara Ireng dan Bratajaya itu menerangkan. Sebenarnya yang membunuh bukan Antareja, justru Antareja yang menolongnya. Itulah awal dari pertemuan antara kakak beradik tersebut.
Dalam perang Bharatayuda, sebenarnya Antareja diplot untuk berhadapan dengan Prabu Baladewa, namun karena penulisannya di kahyangan diganggu Kresna dengan menumpahkan tintanya, maka penulisan skenario itu tidak selesai. Kresna kawatir jika Antareja ikut Bharatayuda, maka perang saudara itu tidak serem dan keluar dari skenarionya. Dengan kesaktiannya Antareja bisa membinasakan musuh-musuhnya, tidak perlu dengan perang, hanya menjilat bekas telapak musuhnya, maka musuh itu akan tewas. Sementara itu Prabu Baladewa, juga tidak ada yang bisa melawan karena memiliki senjata yang sangat ampuh, Nanggala dan Alugara. Sedangkan Bharatayuda dirancang untuk menyingkirkan angkara murka dan perlawanan antara perilaku jahat dengan perilaku baik, yang dimenangkan kebaikan.
Akhirnya Antareja diminta oleh Batara Guru untuk ditiadakan (dimatikan). Kresna dengan tipu muslihatnya, meminta Antareja untuk menjilat sebuah bekas telapak orang. Ternyata telapak itu adalah milik Antareja sendiri, tewaslah dia. Sementara itu Prabu Baladewa telah diungsikan di pertapaan Grojogan Sewu untuk bertapa hingga hampir Bharatayuda berakhir.
No comments:
Post a Comment