Tetaplah menjadi bintang di langitAgar cinta kita abadiBiarlah Sinarmu tetapMenyinari alam iniAgar menjadi saksi cinta kitaBerdua(Padi—Kasih Tak Sampai)Mungkin lagu itu adalah lagu yang tepat untuk menggambarkan perasaan Arga sekarang. Hari ini, tepat 2 Tahun setelah kepergiannya. Tak banyak yang ditinggalkan ‘dia’ selain buku harian yang digenggam Arga dan kenangan-kenangan manis tentangnya. Saat ini pun, Arga masih mengingat bayangan ‘dia’. Tatapan Arga kosong. Pikirannya menjelahi waktu kembali ke 2 tahun yang lalu, dimana cinta adalah hidup.***Dengan TankTop putih dan rok jeans super mini,Lina menunggu di sebuah perempatan yang tak jauh dari rumahnya yang megah itu.Ia mengetuk-ngetuk aspal yang kasar dgn sepatu high hillnya sambil sesekali melihat jam tangan,”sudah pukul sepuluh” pikirnya. Ban mobil berdecit nyaring. Memecah kesunyian di perempatan malam itu. Lina masuk ke dalam mobil jok depan . Mobil itu melaju kencang diiringi suara tawa para gadis yang hilang diujung jalan, diterkam oleh kesunyian dan kegulitaan malam . Malam itu, malam yang indah buat Lina. Mereka bersenang-senang hingga pagi di sebuah diskotek. Kehidupan malam seperti ini telah sering dilakoni Lina beserta teman-temannya. Apalagi, keadaan Lina yang tergolong mampu dan ketidak pedulian orang tuanya, serta karena pergaulan Lina yang telalu bebas. Lina melewati masa remajanya tanpa kasih sayang kedua orang tuanya Saat mereka sdg menikmati gemerlapnya lampu diskotek sambil menari gila mengiringi musik yang dimainkan sang DJ. Lina mendadak pingsan, mukanya pucat pasi. Teman-temannya segera membawa Lina ke Rumah Sakit. Dokter melakukan pemeriksaan yang cukup lama hingga satu persatu teman-temannya pulang karena sang fajar mulai menampakan sinarnya. Saat ia tersadar, Lina membuka mata, melihat sekeliling dan bertanya pada sesosok muda tampan dihadapannya,”dimana saya ?”, “Tenang saja ,kamu sekarang berada di Rumah Sakit. Saya Dokter Arga, saya dokter yang akan merawat anda” jawab sosok yang ternyata adalah dokter itu. Lina merenung dan meratap dlm hati,”mana orang tuaku ? mengapa mereka tak peduli dgn keadaanku ?”. “Lina ?” dokter itu membuyarkan lamunan Lina. “Oh,ya, Dok, saya sakit apa ?” tanya Lina mengalihkan pembicaraan .” Maaf Lina, saya ingin bicara tentang penyakitmu ini pada keluargamu terutama orang tuamu,”. “Sebenarnya saya sakit apa ya Dok? Ceritakanlah pada saya, tak perlu menunggu orang tua saya, Toh mereka sudah tidak peduli lagi dengan saya”. “Loh, memangnya orang tuamu ada di mana?” tanya dokter itu penasaran. “Entahlah Dok, mereka hanya sibuk dgn bisnisnya dan tidak mau peduli dgn saya, mereka Cuma memberikan saya materi yang berlebihan buat saya, mereka lupa kalau saya juga butuh kasih sayang mereka”. “Eh, maaf Dok, kok saya ngelantur, saya malah menceritakan masalah pribadi saya”. “Tak apa kalau itu melegakan perasaan anda”,jawab dokter itu simpatik. “Oh ya, saya sakit apa Dok?” tanya Lina kembali. “Begini, kamu..., kamu punya penyakit Leukimia, saya harap kamu tetap tinggal di Rumah Sakit ini untuk mendapatkan perawatan Intensif”. “Apa? Dokter nggak salah? Kira-kira umur saya tinggal berapa lama lagi?”. “Lina, umur itu tidak bisa dikira, hanya Tuhan yang tahu mati-hidupnya seseorang, tapi menurut medis umurmu tinggal beberapa bulan lagi”,jawab dokter itu. Mata Lina berkaca-kaca, setetes air mata keluar dari sudut matanya, tapi Lina berusaha tegar. Tanpa sadar, Dokter itu membelai rambut Lina. Lina merasakan getaran lain, ia berfikir mungkin itu karena Lina belum pernah diperlakukan selembut itu, bahkan oleh orang tuanya. Dua bulan terlewati dengan sangat cepat, tanpa sadar Lina dan Dokter Arga sudah sangatlah akrab, lebih dari hubungan antara dokter dan pasien. Mereka kerap kali berduaan di taman Rumah Sakit dan Dokter Arga selalu memberi semangat pada Lina. Mereka terlihat seperti sepasang kekasih. Padahal, sebenarnya mereka menyimpan perasaan yang sama, namun hal itu tak pernah mereka ungkapkan. Minggu demi minggu terlewati, namun tak ada yang mengetahui perasaan yang mereka sembunyikan. Suatu hari, Dokter Arga pamit dgn sangat mendadak untuk Study ke Australia, Lina tampak sedih. Ketika dlm perjalanan ke Bandara, mendadak HP Arga berbunyi, tampak tertera tulisan ‘Rumah Sakit’ di layar HPnya,Arga langsung mengangkat panggilan itu. Disebarang sana, terdengar suara seorang suster yang panik,”Dok,Lina,Dok, Lina.. dlm keadaan kritis”,” baik, saya akan segera kesana” jawab dokter Arga yang segera menutup telpon itu dan putar haluan, ia mengebut dgn cukup kencang. Rupanya takdir berkata lain, mobil yang dikendarai Arga terjebak macet. Sesampainya di Rumah Sakit, Lina telah tiada, hanya tertinggal kenangan mereka berdua dan juga perasaan Lina yang baru terkuak dgn Buku Harian Lina. Saat detik terakhirnya, Lina menitipkannya pada seorang suster dan menyuruh untuk memberikanya pada Dokter Arga. Dokter Arga hanya dapat terdiam kaku ditengah sunyinya Rumah Sakit. Tetesan air mata basahi pipinya, seperti gerimis hujan yang terdengar sayup di luar sana. 3 Bulan tlah berlalu, Dokter Arga makin terpuruk dalam kesedihannya, Ia bahkan pernah ingin bunuh diri. Dia terlalu muda untuk mati dan harus terus menjalani hidup. Tapi, rasa sakit ini begitu meyayat. Seperti ada lubang kosong dalam hatinya yang semakin terkoyang yang terus berdarah dan mengeluarkan nanah. Begitu Perih.Dimana Letak Surga ituBiar ku gantikantempatmu dengankuAdakah tangga surga ituBiar ku temukanUntuk bersamamu(Tanpa kekasihku—Agnes Monica)*** Tiba-tiba Arga tersadar dari lamunannya, kembali ke alam nyata, dimana cinta adalah rasa sakit. Ia sadar, Lina tak kan mungkin bersamanya. Awan mendung mulai menutupi langit yang cerah. Ia tau hujan ini, ini hujan yang sama seperti saat itu. Ia pun mencoba tuk bangkit dari keterpurukkannya. Ia ambil sebuah kotak kayu jati yang memang telah dipesannya berbulan-bulan yang lalu. Ia masukkan buku harian itu kedalamnya. Kini ia telah siap. Siap untuk menjalani hidup dan siap untuk mengubur masa lalunya. Biarlah kenangan akan Lina tetap ada di salah satu relung hatinya. Selamanya. Sayup-sayup terdengar alunan merdu musik yang mengiringi penguburan masa lalunya itu.Biarlah ku simpanSampai nanti akuKan ada di sanaTenanglah dirimu dalam perdamaianIngatlah cintakuKau tak terlihat lagiNamun cintamu Abadi(Kerispatih—Mengenangmu)
No comments:
Post a Comment