Berbagai penelitian membuktikan, mengkonsumsi makanan berserat--terutama jenis serat betaglukan-- mampu mengurangi kadar kolesterol jahat (low densy lipoprotein/LDL) dalam darah. Jika kadar LDL dalam darah rendah, maka kesehatan jantung menjadi lebih terjamin.
"Serat betaglukan ada pada produk gandum olahan yang dikenal dengan sebutan oat atau havermout. Serat oat yang seperti jeli mampu mengikat lemat dalam darah dan membuangnya melalui feses," kata spesialis gizi klinis dari RS Fatmawati, Jakarta, dr Pauline Endang Praptini dalam diskusi media tentang "Kekuatan Oatmeal untuk Kesehatan Jantung", di Jakarta, akhir pekan lalu.
Pauline memaparkan hasil penelitian berjudul 'Pengaruh Pemberian Oatmeal Terhadap Kadar Kolesterol' pada tahun 1999. Penelitian tersebut melibatkan 30 orang dewasa pria berusia 40 tahun ke atas dalam kondisi sehat dan kadar kolesterol 220-300 mg/dl.
Penelitian ini dilakukan selama enam minggu dengan perlakuan pemberian gandum sebanyak 75 gr setiap hari dalam bentuk kue dan bubur. "Hasilnya kolesterol total menurun 14% dan LDL kolesterol menurun 17 persen," ungkap Pauline.
Menurut American Cancer Society, serat oat merupakan serat larut yang dapat menurunkan kolesterol LDL, tanpa menurunkan kolesterol HDL. LDL adalah kolesterol jahat sedangkan HDL adalah kolesterol baik. Oat juga mengandung glikemi yang rendah. Dengan begitu bubur gandum sangat baik bagi penderita diabetes karena tingkat gula darah yang dihasilkan setelah makan sangat rendah.
"Tingginya kadar LDL merupakan penyebab utama meningkatnya kasus jantung koroner. Meskipun ada terapi farmakologi yang lebih cepat untuk menurunkan LDL, namun terapi dengan mengonsumsi sereal gandum lebih sehat dan tanpa efek samping. Memang sedikit repot dan memakan waktu," ujar Pauline.
Selain itu bubur gandum adalah sumber gizi baik lainnya seperti vitamin E, zinc, selenium, tembaga, besi dan magnesium. serta sumber protein yang baik bagi tubuh.
Untuk mendapat hasil yang maksimal, lanjut Pauline, setiap hari seseorang harus mengonsumsi sebanyak 70 gram oat. Jumlahnya harus tepat, karena jika berlebih, hasilnya tidak akan maksimal.
Satu hal yang tak kalah penting dalah penurunan kadar kolesterol dalam darah adalah olahraga. "Jangan lupa olahraga minimal 3 kali seminggu," ujarnya.
Kolesterol, kata Pauline menjelaskan, merupakan lemak jenuh yang beredar dalam darah yang diproduksi hati dan usus, serta berasal dari makanan hewani. Kolesterol diperlukan oleh tubuh untuk pembentukan hormon. Jenis kolesterol dalam tubuh adalah kolesterol total, HDL (kolesterol baik), LDL (kolesterol jahat), VLDL (trigliserida).
Tersumbat
Kolesterol terutama yang jahat, dipersalahkan sebagai penyebab jantung koroner karena menyebabkan pembuluh darah tersumbat dan mengeras (aterosklerosis). Akibatnya proses aliran darah tidak lancar atau tersumbat. "Jika yang tersumbat adalah aliran darah ke jantung, maka terjadi penyakit jantung koroner (PJK). Jika mengarah ke otak maka terjadi stroke. Bisa juga menghambat pada peredaran darah di kaki sehingga menimbulkan warna hitam. Risikonya sama, kematian," ucap Pauline.
Penyakit jantung koroner patut mendapat perhatian, karena hingga saat ini masih menduduki rangking pertama sebagai pembunuh manusia. Berdasarkan data badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2001, setiap tahun ada sekitar 7,2 juta kematian akibat PJK. "Di Indonesia PJK menjadi momok bagi laki-laki, karena penyakit ini paling banyak diderita laki-laki," ujarnya.
Penyakit jantung koroner tidak hanya menyerang orangtua, tetapi sudah mulai menyerang mereka yang baru berusia 30 tahun. Tentu saja, ini tidak mengherankan karena kita sudah terbiasa dengan pola hidup tidak sehat sejak kecil.
Selain tingginya kadar kolesterol jahat dalam darah, Pauline menambahkan, faktor penyebab terjadinya PJK antara lain diabetes melitus atau kencing manis, hipertensi atau darah tinggi, kegemukan, merokok dan kebiasaan mengkonsumsi makanan berkadar lemak tinggi tetapi rendah lemak.
Menurut Pauline, proses penyumbatan pembuluh darah ini makin menjadi ketika kita menerapkan pola hidup tidak sehat seperti sering makan makananan cepat saji, minum soft drink atau minuman manis terlalu sering dan tidak diimbangi dengan air putih serta jarang olahraga.
Untuk itu, kata Pauline, sangat perlu dan mendesak mengubah pola hidup yang sehat. Misalnya, tidur selama 8 jam, makan-makanan berserat, berolahraga secara teratur, tidak merokok, menurunkan berat badan, menekan kadar kolesterol <200 mg/Hr., serat 10-25gr/hari, asam lemak jenuh < 7 persen kalori total, menjadi syarat mutlak agar bebas dari PJK.
No comments:
Post a Comment