Kadang-kadang setelah selesai melakukan aktifitas yang
melelahkan, badan menjadi pegal-pegal, meriang dan sakit kepala. Sering dibilang
lagi nggak enak badan atau menggunakan istilah “masuk angin”, Untuk
menghilangkan rasa masuk angin atau tak enak badan ini, banyak orang yang
memilih untuk kerokan.
Sebenarnya apa sih masuk angin itu? Dan kenapa orang yang
masuk angin setelah kerokan menjadi lebih baik?
Masuk angin adalah gejala flu yang seringkali dialami,
apalagi pada pergantian musim (musim pancaroba). Masuk angin dianggap sebagai
penyakit ringan dan biasa. Yang sering dilakukan antara lain dengan kerokan,
pijat, minum obat flu, atau minum jamu. Bahkan, banyak orang sangat percaya
pada khasiat kerokan hingga baru akan merasa sembuh jika telah dikerok.Konon,
warna merah yang timbul pada kulit setelah kerokan adalah pertanda kalau Anda
memang masuk angin. Makin pekat warnanya, pertanda makin banyak pula angin yang
berdiam di tubuh kita. Padahal, itu pertanda bahwa pembuluh darah halus
(kapiler) di permukaan kulit pecah hingga terlihat sebagai jejak merah di
tempat yang dikerok.
Dengan kerokan itu banyak orang yang masuk angin merasa
lebih baik. Sebab dengan kerokan dan pijat, otot menjadi lemas dan pembuluh
darah halus di dalamnya melebar sehingga lebih banyak oksigen dan nutrisi yang
tersedia untuk jaringan otot. Selain itu, toksin yang menyebabkan pegal dapat
segera dibawa aliran darah untuk dibuang atau dinetralkan.
Yang perlu diwaspadai adalah rasa masuk angin yang disertai
keringat besar, disertai rasa nyeri atau rasa berat di dada yang biasa disebut
sebagai angin duduk. Angin duduk ternyata tak sekedar masuk angin berat, tetapi
identik dengan sindrom serangan jantung koroner akut. Bahkan bisa menimbulkan
kematian hanya dalam waktu 15 hingga 30 menit sejak serangan pertama. Jadi jika
Anda tiba-tiba merasa nyeri dada, sebaiknya tidak melakukan aktivitas fisik
apapun termasuk berhubungan seks. Segeralah pergi ke rumah sakit yang
menyediakan fasilitas penanganan gawat darurat jantung.
KEROKAN
Masuk angin memang bukan penyakit berbahaya. Namun, bila sudah parah, virus mudah masuk tubuh. Untuk pencegahan bisa diatasi salah satunya dengan kerokan.
Kebanyakan orang Eropa mengatasi gejala flu (common cold) seperti pegal linu, perut kembung, batuk-pilek, pusing, sakit kepala, demam, meriang, dll, dengan makan sup panas, minum obat flu yang bisa didapat di toko-toko obat, lalu tidur berbungkuskan selimut.
Mirip dengan itu, orang timur khususnya orang Jawa mengatasi kondisi seperti itu dengan menghirup teh hangat atau minum ‘wedang jahe’ hangat. Sementara badan dibalur dengan minyak telon, kayu putih atau minyak apa saja yang bisa menghangatkan tubuh. Yang paling sering dilakukan adalah dengan kerokan.
Begitu menyatunya kerokan dengan budaya Jawa, banyak orang Barat (bule) dari berbagai negara mempelajari teknik kerokan di sebuah padepokan yang disebut Lemah Putih, di daerah Mojosongo, Surakarta, Jawa Tengah. Memang tidak hanya di tempat ini mereka belajar. Di tempat lain seperti Yogyakarta, mereka juga menanyakan perihal terapi ini.
Buat para bule, mengherankan sekali kerokan bisa memperbaiki kondisi tubuh yang tidak sehat. Meski pernah dianggap tidak masuk akal, mereka melihat, terapi ini teryata efektif karena murah dan mudah dilakukan.
Prinsip kerokan menurut Dr. Koosnadi Saputra, Sp.R, akupunkturis klinik, mirip prinsip pemanasan dengan menggunakan moxa yang sering dipakai saat jarum akupunktur ditusukkan pada tubuh untuk mengatasi masuk angin. Prinsip ini juga tidak jauh berbeda dengan model terapi kop yang biasanya menggunakan alat seperti tanduk, gelas, karet, tabung bambu dan lain-lain. Di negeri asal teknik akupunktur, model terapi ini sudah resmi dipakai sebagai sarana penyembuhan. Menurut Mochtar Wijayakusuma, putra Hembing Wijayakusuma yang juga seorang akupunkturis, penelitian mengapa kerokan memiliki efek menyembuhkan juga pernah dilakukan di Universitas Ghuan Thou, sebuah universitas terkenal di Cina.
Memberi Rangsang Tubuh
* Dr. Koosnadi menyebutkan, prinsip kerokan adalah upaya meningkatkan temperatur dan energi pada daerah yang dikerok.
Peningkatan energi ini dilakukan dengan pemberian rangsang kulit tubuh bagian luar. Dengan merangsang permukaan kulit lewat dikerok, saraf penerima rangsang di otak menyampaikan rangsangan untuk menimbulkan efek memperbaiki organ yang terkait dengan titik-titik meridian tubuh seperti misalnya organ paru-paru.
Dr. Handrawan Nadesul menambahkan, efek kerokan yang hendak dicapai adalah mengembangnya pembuluh darah kulit yang semula menguncup akibat terpapar dingin atau kurang gerak, sehingga darah kembali mengalir deras.
Penambahan arus darah ke permukaan kulit ini meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh terhadap serangan virus.
Sementara itu alat kerokan biasanya menggunakan uang logam, koin, atau alat bantu khusus kerok yang terbuat dari plastik, tulang, keramik, batu giok, potongan jahe, potongan bawang, dan lain-lain. Alat-alat tersebut harus tumpul supaya tidak melukai kulit.
Sinse Johanes, seorang pengobat yang berpraktek di daerah Mangga Dua, Jakarta Barat menggunakan alat kerokan yang bentuknya mirip stetoskop. Alat ini bisa dipakai untuk mengerok sekujur tubuh dengan cepat, tak lebih dan lima menit. Menurut Johanes, alat ini sudah dijual bebas di Indonesia.
Berfungsi Menghangatkan
* Selain koin atau uang logam, perlengkapan lain yang menyertai biasanya berupa minyak urut, balsem, krim atau jenis minyak lain yang berfungsi menghangatkan.
Fungsi minyak ini selain menghangatkan memang untuk melicinkan proses kerokan sehingga menghindari terjadinya kulit lecet.
Berbagai jenis minyak seperti minyak bayi, minyak jahe, dan minyak lain-lain bisa kita peroleh dengan mudah di toko-toko obat atau warung biasa. Namun jika kita malas pergi jauh-jauh atau keadaan sedikit darurat, artinya segera butuh bahan minyak, kita bisa gunakan minyak kelapa yang dicampur dengan jahe, kencur, sereh, laos, minyak kayu putih, bawang, cabai, dan lain-lain.
Bahan-bahan tersebut setelah dilumat dimasukkan ke dalam minyak yang hendak dicampur. Campuran dari bahan-bahan seperti ini sangat berguna karena minyak asiri yang terkandung di dalamnya juga berfungsi menghangatkan tubuh.
Karena minyaknya saja sudah terasa hangat apalagi ditambah dengan kerokan, kulit pasti akan terasa sedikit sakit terutama untuk mereka yang memiliki kulit sensitif.
Saat dikerok, biasanya akan terjadi perubahan warna kulit. Kalau tidak merah, kulit bisa merah kebiruan, bahkan menghitam. Perubahan warna kulit ini menunjukkan tingkatan rasa sakit. Menurut Mochtar Wijayakusuma, warna kulit yang semakin menua menunjukkan semakin berat gangguan penyakitnya.
Sesuai Titik Meridian
* Kerokan biasanya dilakukan pada bagian tubuh seperti leher, bahu, punggung maupun pinggang. Atau bisa saja di seluruh bagian tubuh, kecuali alat kelamin, dubur, dan bola mata.
Koosnadi menyebutkan sebaiknya kerokan dilakukan dari arah atas ke bawah. Bisa juga mendatar. Sebaiknya arah kerokan disesuaikan dengan meridian. Supaya efektif kerokannya, sebaiknya berdasarkan pada titik akupuntur dan meridiannya sesuai dengan keluhan penyakit yang terjadi.
Satu hal yang patut diingat dan dilakukan bila Anda sudah kerokan adalah tidak mandi karena setelah kerokan, pori-pori kulit dalam kondisi terbuka. Lebih baik sekalah kulit dengan lap basah (yang dicelupkan pada air hangat lalu diperas).
Selain itu, Anda juga harus ingat bahwa kerokan hanyalah sebuah langkah pencegahan. Anda tetap harus ke dokter untuk mengkonsultasikan kondisi ini bila dalam tiga hari, sakit Anda tidak sembuh. Yang jelas, selama sakit lakukanlah hal-hal pendukung lainnya seperti misalnya banyak minum jus jeruk dan tomat, mengkonsumsi makanan dan minuman hangat (seperti wedang jahe, sup kaldu ayam segar yang ditambah wortel, brokoli, bawang merah dan putih) serta istirahat secukupnya.
Penelitian lebih dalam mengenai manfaat kerokan dilakukan di Universita Sebelas Maret Solo.
Hasilnya cukup mencengangkan. Di bawah bimbingan tiga Guru Besar FK Airlangga Surabaya, akhirnya terciptalah kesimpulan bahwa kerokan dapat menyebabkan kenaikan kadar Beta-endorfin yang bermakna sehingga akan mengurangi rasa nyeri otot (mialgia), menimbulkan rasa nyaman, segar, eforia. Kadar PGE2 (Prostaglandin E2) yang menurun menyebabkan mialgia berkurang.
Apa sebenarnya PGE2 itu? Kenyataannya, PGE2 merupakan biang kerok penyebab rasanyeri pada mialgia (nyeri otot). Jika PGE2 naik maka akan menaikkan kepekaan nosiseptor yang disebut sentra sensitisasi. Sehingga jika kadar PGE2 bisa diturunkan maka rasa nyeri tersebut juga akan berkurang. PGE2 ini merupakan produk metabolisme asam arakidonat pada membran sel dengan perantara enzim siklooksigenase. PGE2 menyebabkan rasa nyeri karena menaikkan kepekaan nosiseptor. Tinggi rendahnya kadar PGE2 akan mempunyai korelasi dengan berat ringannya mialgia.
Pada kerokan ini terjadi suat reaksi inflamasi atau radang dengan segala respon yang mengikutinya seperti perubahan diameter vaskular (pembuluh darah), migrasi sel darah putih (leukosit) dan pengeluaran mediator inflamasi seperti IL-1, beta, Clq, C3, beta endorfin dan PGE2.
Jadi dengan semakin mahalnya biaya pelayanan kesehatan dan harga obat di Indonesia, semakin banyak orang mecari pengobata alternatif, dan kerokan dapat menjadi salah satu solusinya. Tapi perlu pengembangan lebih lanjut dan perlu diteliti juga aspek kerugian pengobatan kerokan ini. Apalagi ada juga masyarakat tertentu dan dokter yang justru menentang pengobatan tradisional ini dengan alasan akan menimbulkan dan menyebabkan kerusakan kulit.
Tapi semua pilihan diserahkan kepada Anda…akankah memilih pengobatan kerokan atau yang lain ?
Manfaat Kerokan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
kesel mocone,,, heheheh :)
Post a Comment