Seberapa besar tingkat 'ke-porno-an' suatu hal yang dianggap porno? Dan siapakah pula yang bisa memastikannya? Keprihatinan pada kebiasaan menonton tayangan porno makin meningkat dikarenakan sikap masyarakat yang begitu 'kolot' di awal abad ke-21.
Namun, marilah kita memulai pembahasan soal pornografi dan mengaitkannya dengan faktor kesehatan. Sebenarnya tak ada yang 'tak sehat' atau 'tak normal' dengan kebiasaan menonton film porno atau tindakan porno itu sendiri.
Selama yang kita tonton itu tayangan dewasa yang 'legal' dan selama usia penontonnya memenuhi syarat, kita tak bisa mengatakan segala sesuatu yang berkaitan dengan pornografi itu buruk. Namun sayang, kadang orang menyalahgunakannya dan menjadi sangat terobsesi dengannya, sehingga pornografi dipakai untuk hal-hal yang negatif.
Seorang ahli terapi seks, Marty Klein, yang menulis tentang beberapa masalah yang berkaitan dengan 'ketergantungan' terhadap pornografi, mengatakan bahwa tak ada seorang pun yang menyukai tayangan porno melebihi berhubungan seks secara langsung dengan pasangannya. Jika hal ini memang terjadi, maka mungkin memang tengah terjadi masalah. Namun, masalah yang timbul lebih pada soal hubungan pada pasangan itu daripada pornografinya.
Tindakan pornografi pada konteks tersebut ibarat sebuah pelampiasan atas masalah yang mengganggu hubungan asmara dalam pasangan kekasih.
Terkadang penting juga untuk bertanya pada diri sendiri soal perasaan kita pada pornografi. Apakah hal itu selalu menarik perhatian kita? Jika ya, Anda perlu mengetahui beberapa tip tentang bagaimana menyikapinya dengan tepat.
Jika Anda tak tertarik untuk menerapkan pornografi dalam hubungan seksual Anda, apakah Anda tak keberatan jika pasangan Anda menonton film porno suatu saat? Jika Anda keberatan, Anda harus bisa menjelaskan alasannya pada pasangan Anda.
Anda juga perlu untuk bertukar pikiran dengan pasangan Anda tanpa bermaksud menghakiminya. Mungkin Anda bisa menanyakan alasan pasangan Anda menyukai pornografi. Apakah itu sekadar membangun fantasi? Apakah ada yang ingin ia praktekkan dengan Anda saat bercinta? Ataukah itu sebagai wujud kebosanan ataukah kebiasaan? Ataukah mungkin itu sebagai pelarian?
Jika Anda bisa terbuka dan jujur dengan pasangan Anda (dan sekali lagi tanpa bermaksud menghakimi) soal pornografi dan kebiasaan menonton adegan porno, maka Anda bisa terbebas dari kekhawatiran soal kebiasaan seksual tersebut. Jika tidak, maka Anda akan menemui jalan buntu dan tak tahu bagaimana cara menyelesaikannya.
Seksualitas bisa menjadi sangat kompleks dan dalam, dan Anda tak selalu bisa menyesuaikan diri dengan hasrat seksual pasangan kita. Kadangkala, menjalin hubungan adalah soal bagaimana kita bisa melakukan kompromi dan itulah saatnya Anda dan pasangan Anda perlu mengambil jalan tengah yang terbaik baik kelangsungan hubungan percintaan pasangan.
Jika Anda tak bisa mengatasinya sendiri, akan sangat membantu jika Anda berkonsultasi dengan seorang ahli terapi seksual, demi menciptakan kondisi yang kondusif bagi Anda dan pasangan Anda. ***
(Ami Herman/Dikutif dari paparan ahli terapi seks,
Prof Marty Klein seperti disebarluaskan situs kapanlagi.com, pekan lalu).
No comments:
Post a Comment