PPC Iklan Blogger Indonesia
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Purwodadi Setelah Iramani

BERHASILNYA Iramani ditangkap dan ditembak mati di kabupaten Purwodadi -- Grobogan 4 Maret yang lalu (TEMPO, 4 Maret 1973), sebagian juga berkat bantuan mahasiswa Undip. Melaksanakan kesepakatan antara Pangdam VII Diponegoro dengan Pimpinan dan Dewan Mahasiswa Universitas tersebut, awal Maret kemarin dua gelombang mahasiswa-mahasiswa FK-Undip menyelusup ke desa-desa di perbatasan 3 Kabupaten itu, melancarkan Operasi Medis. Kehadiran mereka di Kecamatan Toloh dan Geyer ternyata benar, telah semakin menciutkan ruang gerak Iramani.

Mencoba bersembunyi dalam ruba (rumah bawah tanah) yang digalinya di bukit-bukit sebelah selatan desa Sumberan-Wonoharjo, pemuda asal Madura itu kepergok oleh kesatuan ABRI yang berbekal laporan seorang wanita tua penghuni desa, Ibu Mugni. Jadi benarlah kata-kata perpisahan Kol Leo Ngali. As-I Kasdam VII dalam upacara perpisahan Team Medis dengan Kodim Purwodadi 11 Maret kemarin: "Dengan Operasi Suntik ini, ruang-gerak Iramani semakin dibatasi". Tahu-tempe. Operasi Suntik, itulah memang sebutannya. Ini diberikan, karena memang itulah cara berobat paling populer dan digemari penduduk di daerah "rawan" itu. Padahal penyakit paling umum yang diderita 9.000 orang, dari bayi sampai kakek-nenek, yang diperiksa dokter-dokter muda Undip selama 17 hari, -- adalah kekurangan gizi. Kelemahan ini memang tidak bisa diobati dengan suntikan melulu, karena penyebabnya bukan virus atau bakteri, melainkan susunan makanan yang tidak beres. Bayangkan saja, makanan pokok penduduk hanyalah jagung-jagung kurus yang masih sempat tumbuh di tanah yang begitu tandus. Setelah direbus, jagung dimakan dengan lauk seadanya. "Mereka belum tentu sebulan sekali makan daging", ujar seorang mahasiswa Undip yang langsung mengikuti Operasi Medis, "sedang tahu-tempe pun, masih untung kalau seminggu sekali tersedia". Padahal, di sana kacang-kedele termasuk penghasilan utama. Dalam kondisi begini, setiap team kesehatari yang bertamu selalu disambut dengan gembira. Soalnya, untuk pergi berobat harus jalan-kaki menempuh jarak 15 kilometer. Itupun baru akan menemui seorang Mantri Kesehatan. Belum lagi kalau mau menjumpai Dokabu alias Dokter Kabupaten yang hanya tinggal di ibukota Kabupaten. Kesulitan transportasi dan komunikasi itupula yang menyebabkan Camat-Camat dan Lurah-Lurah rada-rada malas berkeliling mengunjungi wilayah pemerintahannya. Apalagi Bupati Grobogan, yang lebih betah berkumpul bersama keluarganya yang masih tinggal di Semarang, dari pada tidur di desa-desa melintasi jalan-jalan tikus yang becek berlumpur. Satu-satunya alat komunikasi yang mampu memecahkan keterpencilan itu hanyalah sepeda motor (bagi pamong desa) dan radio. Namun kalau upaya yang satu ini beres, masih ada lagi satu penghalang yang tidak kalah peliknya: memilih aparatur desa yang cakap. gesit dan berwibawa. Tidak semua Lural desa-desa di sana cakap seperti Lurah desa'Mogot, Nyonya Sri Raharti Darsono (TEMPO, 3 Maret 1973). Dalam operasi kelsu- hutan jati itu, Satgas Intel menemui seorang Lurah yang sudah lanjut usianya di salah sebuah desa. Ia bertahta sejak 1917. Ini memang dimungkinkan oleh sistim pemilihan "Lurah seumur hidup" yang sudah saatnya buat dirombak. Ibnu Sutowo. Seluruh potret situasi yang bagi kita sama sekali tidak menguntungkan, bagi PKI justru digandrungi. Maka boleh dibilang, daerah Purwodadi menjadi semacam "tanah merah" bagi gerakan di atas dan di bawah tanah itu. Di sanalah mula-mula kaum komunis Indonesia mencetuskan aksi-aksi"revolusioner"-nya sebelum Proklamasi dulu (1926). Begitu pula ketika Madiun menjadi pusat pemberontakan (1948), Purwodadi adalah salah satu basis pertahanan garis-belakang. Dan tatkala Blitar Selatan gagal dipersiakan sebagai tempat kebangkitan PKI setelah 1966, kembali lagi Purwodadi menjadi ajang pelarian-pelarian tahun 1968, yang tahun lalu terulang lagi. Karenanya, -- seperti dikemukakan oleh Leo Ngali yang mengepalai operasi penggulungan gerakan bawah-tanah Iramani -,"pembangunan daerah Purwodadi tidak cukup disederajatkan dengan daerah-daerah lainnya di Jawa Tengah". Diusulkannya, agar Purwodadi, Boyolali dan Wonogiri dijadikan "proyek khusus". Yang disebut belakangan, -- Wonogiri -- , sekalipun belum dikenal sebagai basis PKI, namun cukup tersohor sebagai daerah tandus yang selalu dilanda luapan banjir Bengawan Sala. Juga tahun ini. Karenanya ia mengusulkan agar di sana ditempatkan Bupati, Camat, Lurah dan staf-staf yang benar-benar pilihan. "Kita memerlukannya. Pilihlah putera-putera terbaik yang berasal dari sana" ujar Komandan Intel yang banyak mengenal seluk-beluk Purwodadi-Grobogan, daerah kelahiran Dirut Pertamina, Letjen Ibnu Sutowo itu. Adakah gagasan fihak penguasa militer itu akan diterima, apalagi dijalankan oleh pemerintah sipil yang akhirnya merupakan instansi yang langsung menangani pembanguan di sana? Terlebih lagi mengingat potensi Purwodadi yang begitu miskin, hingga untuk waktu dekat belum dapat diharapkan upaya pembangunan berswadaya. Xenanggapi ini, Rektor Undip yang cukup bangga menyaksikan mahasiswa-mahasiswanya berkeliaran jalan-kaki keluar-masuk desa, hanya memberikan komentar singkat: "Prioritas pembangunan sebaiknya tidak hanya selalu diberikan kepada daerah-daerah yang secara ekonomis sudah punya potensi berkembang". Purwodadi yang nampaknya begitu miskin, kalau tidak cepat-cepat didandani dengan seksama, bisa menjadi bisul yang siap meletus tiap 4 a 5 tahun sekali. Harapan-harapan yang berlepotan di luar kalangan Pemerintah Daerah itu rupanya bukan tidak diacuhkan oleh kalangan dalam, yang selalu mendapat sentilan dan godaan-godaan gerilya-merah, yang kedua kalinya mengganggu dalam masa pemerintahan Orde Baru. Dan belum lama ini, Gubernur telah mengambil-alih rencana survey kawasan ekonomi Purwodadi, dari tangan Bappemda (Badan Perencana Pembangunan Daerah) langsung ke tangan Direktorat Khusus dan Direktorat Pembangunan di kantor Gubemuran jalan Taman Menteri Supeno, Semarang. Tinggal lagi menunggu langkah-langkah selanjutnya, yang insya Allah tidak bakal lagi ditunda-tunda.

1 comment:

Anonymous said...

Terimakasih tulisannya menarik sekali

Post a Comment